BESKEM LINIMASA – Usianya masih belia, namun sudah mampu menjadi kebanggaan bangsa:
Bocah ini bernama Mustafa Hussein dari Irak, cucu Saddam Hussein.
Dia masih berusia 14 tahun, yang menjadi orang terakhir, dengan kepalan tangan, dia menentang pasukan khusus Amerika Serikat selama operasi itu.
Menurut tentara Amerika yang terlibat dalam operasi tersebut. Ketika mereka masuk ke dalam rumah, Mustafa Hussein menembaki mereka.
Pasukan AS yang berjumlah 400 tentara dihadang olehnya. Di depannya mayat paman dan ayahnya, bocah lelaki itu menembak dan membunuh 14 marinir Amerika dengan senapan sniper.
Pertempuran dengan cucu Saddam Hussein berlangsung sekitar enam jam.
Ketika orang Amerika membunuh bocah itu, mereka tidak percaya dan bahkan heran saat mereka mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah seorang anak. Tulisan di akhir artikel peringatan Mustafa, jurnalis New York Times.
Robert Yeisk menulis: “Jika kita memiliki seseorang seperti orang ini di Amerika, kita akan membangun sebuah monumen di setiap kota. Saya akan berbicara tentang keberaniannya di mana-mana dan itu akan menjadi model perlawanan.
Dari sebuah utas akun Twitter @0_khan_0
Sumera Khan on Twitter: “when they broke into the house, Mustafa Hussein opened fire on them. The US troops, in the number of 400 soldiers, were blocked by him. In front of him the corpses of his uncle and his father, the boy shot and killed 14 American marines with a sniper rifle. / Twitter”
when they broke into the house, Mustafa Hussein opened fire on them. The US troops, in the number of 400 soldiers, were blocked by him. In front of him the corpses of his uncle and his father, the boy shot and killed 14 American marines with a sniper rifle.
Sumera Khan on Twitter: “Robert Yeisk writes: “If we had someone like this guy in America, we would have built a monument in every city. I would talk about his courage everywhere and it would have been a model of resistance .#The_Invasion_of_Afghanistan pic.twitter.com/TkTx6s0GDJ / Twitter”
Robert Yeisk writes: “If we had someone like this guy in America, we would have built a monument in every city. I would talk about his courage everywhere and it would have been a model of resistance .#The_Invasion_of_Afghanistan pic.twitter.com/TkTx6s0GDJ
…